Total Tayangan Halaman

Kamis, 31 Maret 2011

SAJAK MANYAR

S A J A K M A N Y A R
oleh Akar Jerami pada 30 Maret 2011 jam 4:11

Kemana kau pergi Manyar-manyar
yang dulu selalu riuh di ranting cemara ujung jalan desa
Pagi dan sore selalu berkirim kabar
menyapa petani petani yang melintas pikul padi di sana

Berkali aku intip kerisik-kerisik dahan
Aku kira itu kau, Manyar
Ternyata ranting kering tanggal karena renta

Kemana kau pergi

Apa kini merantau ke kota
kau sebagai kuli panggul di ruko-ruko
Atau bersiul menghibur si polan, meloncat-loncat didalam sangkar yang tergantung di teras vila

Apa kini sedang mengelap lantai rumah majikan
Atau sedang mondar-mandir memfoto kopi berkas perusahaan tuan-tuan

Kemana kau pergi Manyar-manyar
yang dulu selalu riuh bersiar kabar
sambil menyulam sarang gelantungan di blarak kelapa
Menyapa Petani, menyandang pacul dan menenteng kendi di pematang sawah
Amboi.....
Harum asap keretek yang terlontar dari sela bulu hidungnya

Berkali-kali aku intip riuh
aku kira itu kau
Hanya bising bolduser meratakan sawah, 'akan didirikan pabrik pengolahan kayu' katanya

Kemana kau pergi

Apa kau sekarang sedang terenga-engah dibawah jembatan
ditepi kali yang airnya membusuk hitam
usai balap lari dengan petugas pamong praja

Ataukah kau sedang terengah-engah
ditindih tubuh gempal si nyonya?

Kemana kau pergi Manyar-manyar. //

Minggu, 20 Maret 2011

Blogger Buzz: Important Note to FTP Users

Blogger Buzz: Important Note to FTP Users

TUA-MUDA

Yang muda dan yang tua

Yang muda pasang pantat
yang tua; awas kualat !

Yang muda unjuk gigi
Yang tua maki-maki

Yang muda cari nama
Yang tua geleng kepala

yang muda gampang berang
yang tua tabuh genderang

yang muda pasang kumis 
yang tua ngomong najis

yang muda ngeong-ngeong
yang tua menggonggong

yang muda pasang tanduk 
yang tua langsung nyeruduk

Yang tua yang muda
yang muda yang tua
amboi .....

BICARA

Semalam kita bicara
ungkap kepedulian atawa parade pemikiran saja
aku melongo
ada sedikit hasrat untuk mengelus dada
alasan-alasan binal bak tempias tumbuhkan cendawa

Semalaman kita bicara-bicara
kebiri hati gembalakan syahwat aneka
hari-hari makin tak jelas
sedangkan mata makin pedas
Wajah-wajah baru bermunculan dari rahim jelaga
suara-suara baru berdesingan dari mulut buta
semua buat aku maha gila

aku kadang merasa dibodohi
oleh ungkapan-ungkapan njlimet
kesepakatan adigang-adigung
jadi jampi-jampi pelumas engsel leher
jadi lemas untuk mengangguk
dan aku katakan itu seperti melacur pada jiwa terkutuk


Keresahan-keresahan
jangan terlampau suka salahkan
Aksi-aksi
hanya untuk suatu pengakuan
Ah ... Sialan

Malam-malam kita bicara
rapatkan badan untuk bergunjing mesra
Igauan bijak desak cari muka
meniup bara sudat luka 
..................................
.....................
//

ISYKU

ISYKU

Selimut malam hitami bumi
terpekur semut karam
merayap dimabuk reguk anggur Robbani...

Ohoi .......

Percikanlah lagi
Mabukkanlah kembali
Biarlah cangkir ini selalu terisi

Ohoi
Ohoi
Ohoi

Ya Hu .....
Ya ........ Hu ...........
Ya ........ Hua .............
 · 

HOI HOI HOI

Orang-orang menyimak teriak
Hoi hoi hoi
Media teriak
Hoi hoi hoi
Pembual
Hoi hoi hoi

Resah siang pecundangi tuan-tuan
Siar kabar hingar-bingar
Tulis miris hati giris

Orang-orang masih menyimak teriak
Hoi hoi hoi
Media masih teriak
Hoi hoi hoi
Pembual masih
Hoi hoi hoi

Rebah sore gembala tuan-tuan
Kabar hati tuan tampar-tampar
Tangis anak-bini datang wajah sinis

Orang-orang muak menyimak teriak
Huek huek huek
Media berkotek
Huek huek huek
Pembual
Huek huek huek

Malam legam catat syahwat tuan-tuan
Temaram kamar aroma dzakar
Perempuan kudis ketiak kelimis

Menjelang subuh orang-orang berseragam datang menggedor

Orang-orang serak teriak
....... ....... .......
Media pekak
....... ....... .......
Pembual
....... ....... .......

Tak janji pagi kelabui rumah tuan-tuan
Risi rasa anak-bini tinggali
Orang pandang jadi dendang //

27 April 2010

HINGAR

H I N G A R
1 MEI 2010
Denyut menyisa sedikit ci-luk-ba
Hingar perah luka-luka

Amboi ...
Sepanjang trotoar
gerah jiwa padu adu
Beri saja yang itu-itu

Hakikat teriak tak cuma jemu //

HINGAR

H I N G A R
1 MEI 2010
Denyut menyisa sedikit ci-luk-ba
Hingar perah luka-luka

Amboi ...
Sepanjang trotoar
gerah jiwa padu adu
Beri saja yang itu-itu

Hakikat teriak tak cuma jemu //

HINGAR

H I N G A R
1 MEI 2010
Denyut menyisa sedikit ci-luk-ba
Hingar perah luka-luka

Amboi ...
Sepanjang trotoar
gerah jiwa padu adu
Beri saja yang itu-itu

Hakikat teriak tak cuma jemu //

JADI

J A D I 


Anak Macan jadi Macan 
Anak Buaya jadi Buaya 
Anak Srigala jadi Srigala 
Anak Domba jadi Domba 
Anak Keledai jadi Keledai 

Anak Manusia jadi Manusia 

Anak manusia jadi Macan 
Anak manusia jadi Buaya 
Anak manusia jadi Srigala 
Anak manusia jadi Domba 
Anak manusia jadi Keledai 

Anak manusia jadi Anak //


06 Mei 2010

MUAK

Kepalaku ingin muntah
Tak cuma darah atau semacam nanah

malam ini tentunya
tak ada yang ganjil
...


29 MEI 2010

ITUKAH LAKNAT TUAN

Pada akhirnya aku harus melata
Ucapkan salam pada koreng-yang menganga
itukah laknat Tuan?
Oh... Jangan

(mereka bersenggama dengan Nazar, meliuk-meliuk
bersenandung lagu kemenangan dalam upacara pemakaman
tak lupa bersiul mengerang erotis hah ! sialan
mendung bergulung jadi diorama.)

Aku menelusuri tepian
diantara hutan dan lautan
tak ku temukan serupa harapan

Di tanah ini
Ada sapi emas bangkit dari peti kemas
merangkak ramah di tengah peradaban
berbondong mereka menyusukan anak-anaknya
tertegun aku
Oh ....
Apalagi ini .....

31 Mei 2010

JAHR

Hentakkan !
Hentakkan !
Hentakkan !
kasidah-kasidah

Hanya Hua ...Hua... Hua...

Ijinkan besok aku kembali bersua //


15, Ramadlon 1431 H

MALAM MASAM

Malam meramu waktu di deru jalan
juga di tetes sisa hujan sore yang lancang
Sungguh aku sangat menjadi daun yang menggigil
oleh tiup-tiup dari sela pagar yang sedada ini

Malam meramu waktu di deru jalan
kehilafanku melahirkan muka masam
sementara hati menggerigi
mengharap kekasih tersenyum lagi //

   21 30 1010

PETANIKU PETANI KLUTHUK

Petaniku petani kluthuk
datang pagi kesawah tak ada resah
menjinjing kendi memanggul cangkul
pulang petang tetap riang

Petaniku petani kluthuk
dada telanjang tampak menantang
semangat panglima di medan perang
biar anak tidur tenang

Petaniku petani kluthuk
cangkul diayun muka tertunduk
menari anggun jiwa khusuk

Petaniku petani kluthuk
kaki kekar tertanam di lumpur
lara redam hati terlipur

Petaniku petani kluthuk
tiga kambing tampak gemuk
dihalau seruling anak petani klutuk

Petaniku petani kluthuk
datang labuhan penuh harapan
tabur benih di persemaian
agar keluarga tetap makan


------------------


Petaniku petani kluthuk
pupuk mengamuk banting periuk
petani resah kambing dibeslah

Petaniku petani kluthuk
panen datang hilang riang
harga gabah cepat merebah
tukang tebas ganas melibas

Petaniku petani kluthuk
pulang petang hati meriang
depani rumah hati gelisah
pintu diketuk muka suntuk
pandang anak istri hati meremuk //


Juni 2010

BAYU ANTARKAN RINAI HUJAN

Bayu antarkan rinai hujan menyapa dedaunan
Aku kirakan sang ratu malam masih genit main mata dengan bintang-bintang di balik awan


Jasad terpekur ditepian jarum yang menyengat
Sunyiku meniti waktu yang tak jemu

Wahai...................
Wajah itu menjelma titik-titik embun yang melunasi hati 
Sesyukur aku ranting kering yang menanti keikhlasan penghujan...//

Kendal 21 Feb 2011

DAN BILA TUHAN MASIH MENYISAKAN ESOK UNTUK KITA

Dan bila Tuhan masih menyisakan esok untuk kita 


Aku akan menyapamu meski dengan kata yang itu-itu saja


Tapi kelak 


Tangan ini akan menyuapimu dengan keringat  yang berkat 





Kau tak usah resahkan siang 


Karna aku akan mendampingimu hingga petang 


Bila mana malam itu melata


Aku juga akan melata 


Menanggalkan penat 


Mereguk rahmat





Demi...

I PAGI

Aku jaring cerecau pipit di dahan kedondong
Karena pagi menyajikannya untuk kita 
Suaranya segempar banjir batu di Muntilan
Yang kata orang alim itu cinta Tuhan
Setelah ini aku akan meniru cerecau itu 
Meski lidah tak begitu mahir 

Dan sore-sore 
Aku akan duduk-duduk di kursi teras
Menikmati secangkir kopi dan hangat asap kretek
Sembari menghitung nyinyir pipit yang pulang ke sarangnya.

PANEN DATANG PETANI MERIANG

11 fEBRUARI 2011
para petani di pinggiran kota kendal :

Panen raya yang di nanti
hanya seperti dua mata belati

Bila gabah kami jual
uang yang kami terima tak mengembalikan modal
bila gabah kami panen sendiri
tak ada uang untuk biaya hidup anak istri

kami tak punya pilihan

gabah kami merebah di sawah
para tengkulak datang seperti juru beslah

ah....
panen datang petani meriang
tak ada harapan untuk menutup hutang
ah.... //